Minggu, 24 November 2013

JAGALAH DIRUMU DAN KELUARGA MU DARI API NERAKA

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



"Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka"  begitulah arti ptongan ayat dari surah ke 66 dalam alqur'an,,,

Kakak ku
cukup akrab dengan ayat ini,namun tetap saja ketika mendengar nya di lantunkan,selalu ada letupan letupan tak biasa,letupan itu adalah perasaan bersalah,letupan itu adalah perasaan gundah,khawatir, gundah, bersalah, begitulah.malam itu, tema yang di kaji adalah tentang Keluarga,pembahasan malam itu seputar mereka yang sudah membangun keluarga,bagaimana mendidik anak,bagaimana membina istri,serta hal yang berkaitan dengan itu,separuh perjalanan kajian berjalan pikiran terbawa arus gelombang,gelombang kajain yang cukup menarik untuk di berikan perhatian,tapi tak berlangsung lama,angin yang membawa letupan-letupan tadi kembali menghampiri perhatian terpecahkan,tak lagi memberi perhatian pada kajian,letupan itu membesar, hingga perlu untuk di beri perhatian,letupan itu membawa pikiran pada refleksi diri.
Adik ku
walau kajian tadi berbicara tentang membina keluarga,
tapi kali ini definisi itu terluaskan,keluarga gaknya tak cuma membina istri dan anak,bukannya cuma keluarga yang di bangun sendiri,memang mungkin itu yang ayat ini maksud,tetapi terpikir kembali bukankah keluarga itu luas maknanya,bukan hanya peran sebagai ayah atau ibu,tapi juga tatkala sebagai anak,kepada orang tua itu juga keluarga,tatkala sebagai saudara,kepada abang kakak atau adik,belum lagi kepada keluarga jauh,paman bibi,sepupu,keponakan,serta gelar-gelar kekeluargaaan lainnya,tapi yang terpusatkan malam itu adalah kepada saudara,kakak dan abang,terpikirkan betapa telah beberapa kali pergi keluar kota,pergi dalam rangka menebar inspirasi serta memberi motivasi,berharap yang menyaksikan dapat kembali pada jalan Illahi Rabbi, "jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka" kembali teringat...
mengoreksi ktercapaian proses amar ma'rur nahi munkar dalam keluarga,sepertinya jauh dari kata tercapai,entah apa yang telah terkerjakan untuk keluarga,sepertinya nol besar tak ada perubahan apa-apa.memang berat menjadi perantara hidayah bagi keluarga,sebagai pendukung dari pendapat ini adalah paman Nabi saw,abu thalib yang hingga akhir hayatnya tak bersyahadat kepada Allah swt,kemudian, istri Luth as,mereka adalah Nabiyullah tetapi keluarga dekatnya tak memperoleh hidayah,tapi sepertinya tidak tepat menjadikan kisah tadi sebagai apologi,apologi serta pembenaran akan kebelumberhasilan menjadi jembatan hidayah,tak terasa, doa penutup majlis telah terlantunkan dari lisan para jamaah,pikiran yang memikirkan keluarga kala itu,semoga dapat menjadi pelecut kembali,untuk senantiasa berusaha menjadi jembatan hidayah.paling tidak, dengan tesedianya layanan dunia maya ini,lisan yang kelu kala bertemu,dapat tergantikan perannya dengan jemari yang gemar menari,berharap tariannya dapat menginspirasi saudara dan saudari,harapan yang terbesar adalah nikmatnya berislam yang di rasakan kini,dapat di rasakan bersama,betapa indahnya bila dapat pekatnya malam,sebuah kelurga benderang rumahnya hingga mencuri,mencuri perhatian penduduk langit,benderang rumah itu karena seorang imam tengah memimpin shalat malam,betapa indahnya kala adzan berkumandang,para pria melangkah dengan gagah dari rumah,menuju baitullah dengan berjajar indah,para hawa khusyuk beribadah untuk menerangi rumah,
........
indah sekali,,
indah sekali,,
sungguh indah,,
seluruh anggota keluarga menikmati indahnya berislam,.
Allahu Yang Maha Memberi Petunjuk,
berilah petunjuk_Mu pada Keluarga kami
pertemukan kami di indahnya Surga-Mu
jauhkan kami dari azab jahannam,

Allahuma Innaka 'Afuwwun
tuhibbul 'afwa
fa'fuanna
Yaa Allah, sesungguhnya Engkau Pemaaf
mencintai orang yang meminta maaf
maka ampunilah kami...


 "jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka" 


Pontianak,
5 Agustus 2013
27 Ramadhan 1434
23.38
(Rahmat saiful ; Red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar